GEREJA ATAU SARANG PENYAMUN

Jumat, 05 Juni 2009 di 05.51

Sebuah refleksi dari Yeremia 7:1-15
Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya, demikianlah firman Tuhan. Yer 7:11

Pernahkah terpikir oleh kita bahwa gereja bisa berubah menjadi sarang penyamun? Mungkin hal ini kedengarannya terlalu berlebihan, akan tetapi itulah yang terjadi pada jaman Nabi Yeremia dan saya percaya masih mungkin terjadi pada jaman ini.

Yeremia pasal 7 merupakan khotbah Yeremia mengenai bait Allah, diperkirakan pada waktu itu adalah masa hari raya dimana seluruh umat Isarel berkumpul untuk beribadah kepada Tuhan. Pada waktu itulah Tuhan memerintahkan Yeremia untuk berdiri di depan pintu gerbang bait Allah sambil berseru-seru menegur dosa Israel. Kita bisa bayangkan betapa berat tugas yang dibebankan kepada Yeremia, karena kita semua sadar bahwa pada hakekatnya tidak seorang pun yang senang apabila ditegur karena dosa mereka. Tidak hanya pada jaman Yeremia tetapi sekarang juga. Oleh sebab itu sekarang ini sangat jarang kita jumpai khotbah-khotbah yang memberi teguran tentang dosa, yang paling populer adalah khotbah tentang kesuksesan yang berkat yang menina bobokan jemaat Tuhan.

Yang jelas, teguran Yeremia dalam pasal ini tidak ditujukan bagi mereka yang ada di luar gereja, tetapi bagi mereka yang menyebut dirinya sebagai umat Allah. Tuhan dengan jelas mengatakan agar mereka tidak mempercayai perkataan dusta yang berbunyi: ini bait Tuhan, bait Tuhan, bait Tuhan (ay.4) dengan kata lain, bait Allah yang mereka bangga-banggakan tidak dapat menyelamatkan mereka dari murka Allah. Kita tidak akan secara otomatis selamat dari murka Allah karena kita bergabung dengan satu gereja tertentu, atau dengan menyebut diri kita sebagai orang Kristen. Konsep inilah yang diluruskan oleh Tuhan melalui Yeremia. Bangsa Israel begitu bangga dengan bait Suci mereka karena itu merupakan simbol kehadiran Allah ditengah-tengah mereka, selama bait Suci berdiri mereka yakin bahwa hidup mereka aman dan selamat. Tidak peduli mereka melakukan kejahatan yang paling keji sekalipun di luar gereja, akan tetapi selama mereka masih bisa beribadah di dalam bait suci mereka mengganggap diri mereka selamat.

Di ayat 5, Yeremia memaparkan tuntutan Allah agar bangsa Israel mengubah perilaku mereka. Yang diminta adalah perbuatan yang mencerminkan kasih Allah, menegakkan keadilan, meninggalkan penindasan dan melakukan kebaikan. Apabila semua itu dilakukan maka Tuhan menjamin bahwa Dia akan diam bersama dengan umat-Nya. Bagaimana dengan gereja kita sekarang? Seringkali para pemimpin gereja justru mengajarkan apa yang sebaliknya dari pesan yang disampaikan oleh Yeremia. Yang penting hidup bergereja, yang penting beribadah dan memberikan persembahan maka keselamatan sudah dijamin. Kita lupa bahwa keselamatan menuntut adanya buah pertobatan yang di dalamnya ada keadilan, belas kasihan, kebaikan, pengampunan dan lain sebagainya, yang justru akan lebih teruji kualitasnya di luar gereja daripada di dalam gereja itu sendiri.

Ayat 8-10, Yeremia memaparkan kejahatan-kejahatan umat yang dilakukan di luar bait Allah, mereka mencuri, membunuh, berzinah, bersumpah palsu dan membakar korban kepada baal. Setelah itu mereka datang ke bait Allah dan beribadah seolah-olah mereka tidak pernah melakukan kejahatan apa pun juga. Sungguh suatu perbuatan yang menghina Allah. Bukankan praktek yang demikian juga seringkali kita lakukan dewasa ini? Barangkali kita tidak melakukan persis seperti apa yang mereka lakukan pada jaman Yeremia, akan tetapi dosa-dosa yang kita perbuat di luar gereja merupakan dosa yang keji dan busuk di hadapan Allah. Bukan hanya jemaat sebagai pribadi tetapi gereja secara lembaga pun seringkali tanpa sadar melakukan kekejian di mata Tuhan dengan melupakan keadilan dan belas kasih terhadap mereka yang membutuhkan. Gereja seringkali sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak jarang kita mendengar konflik yang terjadi di dalam gereja yang sampai merembet ke pengadilan karena harta, gengsi, kedudukan, jabatan dan yang lainnya.

Oleh sebab itu dengan sangat keras Tuhan memberikan pertanyaan bagi umat-Nya, “Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya, demikianlah firman Tuhan” (ay. 11). Pertayaan yang sama tentu juga ditujukan bagi gereja Tuhan saat ini. Apakah kita sudah mengubah rumah Tuhan menjadi sarang penyamun dengan membiarkan dosa merajalela? Atau bahkan para pendeta telah menjadi kepala penyamun yang memimpin kepada semua kejahatan tersebut? Karena dosa Israel itulah Tuhan menghukum mereka dengan melemparkan mereka dari hadapan-Nya (ay. 15) sebuah hukuman yang sangat mengerikan, dimana Tuhan yang seharusnya berdiam diri di tengah-tengah umat-Nya sekarang menolak mereka.

Mengingat apa yang sedang terjadi di negara kita, mari kita berhenti untuk mencari kambing hitam atas siapa yang harus kita salahkan, entah itu pemerintah, para koruptor, penebang hutan liar dan lain sebagainya. Jangan-jangan ini adalah peringatan dari Tuhan karena kita umat-Nya telah menjadikan bait Allah sebagai sarang penyamun. Ajakan untuk bertobat yang diserukan oleh Yeremia juga merupakan undangan yang terbuka bagi kita saat ini, mari kita dengan hati gentar mengevaluasi diri, apakah kita telah menjaga kekudusan gereja kita ataukah kita telah menjadikannya sebagai sarang penyamun? Amin

0 komentar

Posting Komentar

DWI MARIA | Powered by Blogger | Entries (RSS) | Comments (RSS) | Designed by MB Web Design | XML Coded By Cahayabiru.com