KEKOSONGAN PEMIKIRAN KRISTEN

Rabu, 10 Juni 2009 di 19.53
Masa ini merupakan masa yang penuh bahaya sekaligus kesempatan; bahayanya adalah ketika masyarakat umum secara unik terbuka kepada masalah rohani dan lapar akan ide-ide yang visioner, pemikiran Kristen seringkali ditemukan kosong, pasif dan lebih merefleksikan pemikiran duniawi dari pada pemikiran yang biblika.

“Kita barangkali berbicara tentang memenangkan dunia bagi Kristus. Akan tetapi ‘peperangan’ seperti apakah yang kita maksudkan?” tulis John Stott. “Bukan sebuah kemenangan karena kekuatan militer...Ini adalah peperangan ide.” Akan tetapi sangat mengejutkan karena hanya ada sedikit pejuang. Mereka yang mengikut Kristus seringkali mengundurkan diri ke dalam kesalehan pribadi dan pekerjaan baik, atau seperti yang dikatakan oleh seorang komentator BBC di Oxford, orang-orang Kristen terlalu sering hanya sekedar menawarkan ‘perasaan’ dan ‘kemurahan hati’.

Yang paling membahayakan di jaman kita adalah dimana ketika pemikiran Kristen paling dibutuhkan, justru orang-orang Kristen malah tidak menyadari kebutuhan untuk berpikir. Bahkan ada kesan bahwa pemikiran yang tidak dikembangkan adalah lebih saleh dan berharga dari pada pemikiran yang dipersiapkan untuk peperangan. Bahkan banyak orang Kristen yang percaya bahwa kerendahan hati sama dengan kebodohan dan itu lebih mulia dari pada sebuah pemikiran yang tajam. Oleh sebab itu banyak orang Kristen yang dibodohi baik oleh orang-orang diluar kekristenan maupun oleh gereja sendiri khususnya para pengkhotbah yang tidak berpikir secara biblika.

Gereja harus bertanya pada diri sendiri, masih adakah pemikiran Kristen di dalam gereja? Saya tidak berbicara tentang khotbah dan PA, tetapi pemikiran apakah yang mendasari gereja ketika membuat program-programnya? Tanpa disadari sebenarnya gereja telah banyak mengadopsi pemikiran duniawi yang materialistis, individualistik dan hedonis. Berlomba-lomba untuk menjadi gereja yang paling mewah dan megah. Memikirkan marketing yang sempurna untuk bisa bersaing mendapatkan jemaat, tanpa peduli bahwa jemaat itu adalah anggota dari gereja lain.

Bagaimana dengan kita yang menyebut diri sebagai Hamba Tuhan? Pemikiran apakah yang mendasari pelayanan kita? Uang? Jabatan? Kekuasaan? Ataukah panggilan yang mulia yang berasal dari Allah? Matius 7:21-23 memberikan gambaran yang mengerikan bagi hamba Tuhan yang kehilangan pemikiran Alkitabiahnya. “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehedak BapaKu yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaku kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Barangkali kita akan menyaksikan ada hamba Tuhan yang berseru: “Tuhan, Tuhan, bukankah Aku KKR demi namaMu, gedung gerejaku megah demi namaMu dan jemaatku ribuan demi namaMu” yang perlu kita pikirkan adalah: apakah Tuhan mengenal kita ketika kita berhadapan dengan Dia?

0 komentar

Posting Komentar

DWI MARIA | Powered by Blogger | Entries (RSS) | Comments (RSS) | Designed by MB Web Design | XML Coded By Cahayabiru.com